Jl. Pahlawan No. 21 Kota Pasuruan
Pasuruan yang dikenal dengan Kota bandar kuno yang terletak di tepi pantai timur pulau jawa. Pada jaman Airlangga Pasuruan disebut “PARAVAN”, sedangkan dalam sejarah jaman Tiongkok Pasuruan memiliki sebutan GEMBONG. Selain itu nama Pasuruan disandingkan dengan kata Pasar dan Oeang, hal tidak terlepas dari perdagangan di Pasuruan yang ramai dengan adanya Pelabuhan Tanjung Tembikar. Pada masa lalu dengan adanya Pelabuhan Tanjung Tembikar Pasuruan merupakan pusat sehingga mampu menarik banyak kaum pedagang untuk datang ke Pasuruan Letak geografis yang sangat strategis menjadi suatu keunggulan tersendiri bagi Pasuruan, hal tersebut menjadikan Pasuruan sebagai pelabuhan transit dan pasar perdagangan antar pulau serta antar negara. Sehingga banyak bangsawan dan saudagar kaya yang menetap di Pasuruan untuk melakukan perdagangan. Hal ini membuat kemajemukan bangsa dan suku bangsa di Pasuruan terjalin dengan baik dan damai. Pada tahun 1850 sampai 1860, Pasuruan adalah salah satu kota komersial pertama di Jawa, pusat kopi dan gula budidaya semua produk yang tumbuh di Tengger dan Malang diangkut di sepanjang Pasuruan, ada hiburan yang hebat, banyak pengusaha dan pedagang yang berkantor di sana Para pendiri industri, bangsawan dan saudagar kaya di Pasuruan membawa beberapa orang-orang Belanda dan Eropa untuk tinggal di Pasuruan. Banyaknya orang Belanda dan Eropa yang bermukim di Pasuruan membutuhkan beberapa fasilitas atau sarana. Salah satunya tempat untuk ber santai sehingga di bangunlah “Gedung Sociteit Harmonie”. Pasuruan telah mengenal kehidupan sosialita sejak awal sebagai kota. Pada awal tahun 1855 di Kota Bawah ada sebuah Asosiasi “Vereneeging Genoegen is ons doel” merupakan kelanjutan dari “Vereneeging Genoegen is ons doel” yang berarti Asosiasi “Kesenangan adalah tujuan kami” seyang kemudian digantikan dengan Asosiasi “Sociëteit Harmonie”. Sayangnya tidak banyak diketahui tentang keberadaan sebelumnya. Club house lama yang ditinggalkan pada tahun 1859 memiliki lebar depan 54 meter, dalamnya 24 meter, sedangkan sayapnya panjang 46 meter, dan berisi banyak aula, termasuk ballroom dengan lantai kayu. Beberapa anggota mengusulkan proposal untuk mengumpulkan dana dalam rangka mendirikan gedung baru. Kesepakatan ini mendapat persetujuan umum di antara anggota lainnya. Dalam pendirian gedung yang membutuhkan dana yang tinggi, tidak lepas dari dukungan keuangan yang besar dari “Gerrit Lebret”, sosok terkenal pemilik dan administratur pabrik gula “Kedawoeng”. Jasa terbesar adalah dari Residen Pasuruan sekaligus Presiden Asosiasi, yaitu Mr. C.P.C. Steinmetz yang menjabat Residen sejak Juni 1855. ia memungkinkan pembangunan melalui kontribusi dari beragai pihak, beliau juga berhasil mengakhiri perjuangan dan perselisihan yang terjadi saat itu melalui berbagai kebijaksanaannya yang melahirkan “Harmonie”. Asosiasi “Societeit Harmonie” dibentuk tanggal 20 Juni 1857, setelah dibentukk asosiasi baru ini, orang tidak lagi betah di gedung lama, yang berada di lingkungan rawa-rawa dan tidak sehat. Oleh karena itu pada tahun 1857 itu diputuskan untuk membangun gedung baru. Promotor gedung baru Societeit Harmonie adalah Mr. C.P.C Steinmetz, yang saat itu tinggal di Pasuruan. Asosiasi ini berhutang budi padanya, baik secara finansial maupun moral dengan jasa dan kontribusinya dalam mengupayakan untuk melakukan pembangunan gedung baru dan bersamaan dengan mulai dibangunnya instalasi pipa lampu penerangan dengan gas oleh pabrik Bromo. Gedung baru ini dirancang dan dibangun oleh arsitek yang bernama “Motta”. Motta diketahui datang menginap di Marine Hotel pada April 1856 dari Probolinggo. Beliau juga pernah ditugaskan sebagai Arsitek di Grisse (Gresik) pada tahun 1869. Dalam proses pembangunan membutuhkan biaya sebesar 80.000 Gulden dan dibebankan dengan hipotek senilai NLG 24.000 sebanyak 4 buah yang diambil dari panti asuhan di Soerabaia. Gedung “Societeit Harmonie” diresmikan pada tanggal 5 Februari 1858 oleh istri dari tuan Mr. C.P.C Steinmetz. Tanggal 7 Agustus 1859 tercatat dikunjungi Gubernur Jendral Hindia Belanda Charles Ferdinand Pahud, untuk milihat keindahan bangunan baru di “Societeit Harmonie”dan menilai berfungsinya penerangan umum lampu gas di Pasuruan. Mr. Steinmetz dengan berbagai kebijaksanaannya berhasil dapat mengakhiri perselisihan yang terjadi saat itu, yang membagi penduduk Pasuruan menjadi dua kelompok, seperti yang biasa terjadi di kota-kota kecil lainnya. Nama “Harmonie” kemungkinan digunakan untuk persatuan dan persaudaraan ini. Tercatat dari tahun 1862 hingga 1874, masyarakat memiliki tidak kurang dari 16 presiden, akan tetapi baru pada tahun 1874 di bawah kepresidenan Mr. Lowe perdamaian datang. Dia menyusun peraturan yang baik sehingga membantu dalam menciptakan perdamaian dan lebih banyak stabilitas di antara dewan. Perayaan masyarakat pada acara-acara nasional besar dan acara-acara lain dalam banyak kasus dibayar oleh anggota. Untuk berpesta diberikan cukup murah hati, jika itu menyangkut perbaikan, pembelian billiard atau furnitur, pasar saham dibuka lebih cepat, tetapi dengan bantuan lotere (semacam SDSB), obligasi, uang muka bebas bunga, jumlah itu akhirnya dinaikkan. Lotere Emas” senilai 150.000 Gulden tercatat pernah diadakan pada tahun 1866. Nilai lotere terbesar konon sampai mencapai nilai 500.000 Gulden. Dewan asosiasi “Societeit Harmonie” mengorganisir hampir semua pesta dan mengurus segala pertunjukan dan kebutuhan seniman. Selain itu Dewan asosiasi dibantu oleh asosiasi teater “Liefde tot Harmonie” (Cinta untuk Harmoni), yang telah membuat dirinya dikenal pada tahun 1860 sampai dengan tahun 1907. Jumlah pertunjukan yang diberikan olehnya tidak terhitung, terutama pada tahun 1886, pada saat Mr. Valette. pecinta drama/opera yang penuh gairah, yang menjabat sekretaris daerah Pasuruan. Dari tahun 1899 hingga 1918 hanya dikenal dua presiden, yaitu Mr Kobus, Direktur terkenal dari Proefstation yang digantikan pada waktu kematiannya pada tahun 1910 oleh Mr J. A. van Haastert. Dia telah terpilih sebagai anggota dewan sejak tahun 1898, dan mengundurkan diri pada akhir 1918, ia ditawari sebagai anggota kehormatan Societeit. Para anggota berhutang banyak kepada kedua presiden, yang telah membimbingnya melalui tahun-tahun yang paling sulit secara finansial dalam keberadaannya. Pasuruan yang awalnya menurun tajam, mengalami kemajuan yang signifikan karena munculnya pabrik mesin Bromo dan Proefstation. Sejak 1920, Handelsbank, Stroo-dan Blauwhoedenveem telah mendirikan kantor mereka di sana, Pasuruan kembali menjadi kota yang makmur, dengan banyak penduduk Eropa. Kebangkitan ini menemukan dampaknya dalam kehidupan sosial. Pasuruan kembali menjadi kota yang makmur, dengan banyak penduduk Eropa. Kebangkitan ini menemukan dampaknya dalam kehidupan sosial. The Harmony sekarang bersenang-senang dan ada banyak alasan untuk merayakan perayaan tujuh puluh tahun dengan riang. Itulah yang terjadi. Dikenal dengan nama “Soos Harmonie” atau “De Soos in Pasuruan “, Soos Harmonie merayakan perayaan tujuh puluh tahun usianya pada 31 Maret 1928. Presiden asosiasi Mr. Schooleman, memberikan pidato di mana ia secara singkat menjelaskan sejarah Soos, sementara di akhir pidatonya ia mengumumkan bahwa Mr. JA van Haastert, seorang anggota sejak 1886 sampai tahun 1898 dan termasuk tahun 1918 diangkat sebagai anggota kehormatan dewan dan Mr H. Morbeck (pemilik hotel Morbeck), salah satu tokoh populer Soos, anggota dari tahun 1892 dan seterusnya, sebagai anggota kehormatan. Dan tentu saja ada “bola setelahnya”(pengundian lotere). Mungkin sebab ini masyarakat pribumi mengenal sebagai “Rumah Bola” karena seringnya gedung dipakai sebagai tempat pengundian lotere, atau bisa juga karena adanya permainan billiard. Gedung ini juga pernah melakukan penambahan fasilitas olah raga “Kegel” atau “Kegelen” yang sekarang dikenal dengan “Bowling”. Pada zaman itu Kegelen merupakan salah satu permainan olah raga yang juga banyak digemari dan merupakan suatu permainan yang konon sudah ada sejak jaman Mesir kuno. Fasilitas baru ini dibuka pada 14 Maret 1936 oleh Asisten Residen Pasuruan, Dr. C. G. E. De Jong. Pengerjaan arena kegel ini diawasi oleh KAR Hirch, lalu JW Dorpema untuk pembubutan “Pin Kegel” yang dibuat dari kayu Jawa, Bengkel Konstruksi “de Bromo” untuk pemintalan bola dan WJ Mans untuk landasan lemparan. Arena kegel semacam ini juga ada di Probolinggo, Malang, Surabaya dan banyak kota lain di Indonesia. Diduga sudahlama sebelumnya sudah pernah ada fasilitas kegel ini di Societeit Harmonie, karena arena permainan ini bisa dibuat di dalam atau diluar ruangan. Hanya membutuhkan landasan lemparan yang terbuat dari kayu yang sederhana. Club kegel dari Pasuruan dengan nama “Houdt Baan” yang sudah mati bertahun-tahun disebut dihidupkan lagi dengan pembukaan arena baru ini. Banyak kenangan manis tentang Soos di Pasuruan. Begitu banyak pesta megah telah dirayakan, dan di sore hari orang juga dapat menemukan sudut yang nyaman dan tenang dan merenungkan suka dan duka kehidupan tropis. Selain fungsinya yang biasa sebagai lembaga sosial, sering menjadi “tempat perlindungan” bagi banyak orang Barat yang merasa kesepian. Bukan “perlindungan” yang dituju seseorang untuk dapat melupakannya dalam kenikmatan yang meragukan dari minuman yang terlalu kuat (mabuk), tetapi ia menawarkan kesunyian, pada jam-jam tenang, sensasi aneh dari ketenangan yang bermanfaat di dalam ruang milik komunitas. Orang-orang yang sering terpaksa pergi dari Surabaya melewati Pasuruan ke sudut timur Jawa, yaitu daerah tapal kuda atau “Oosthoek”. Kapan pun siang atau malam melewati Pasuruan dalam perjalanan itu, tidak pernah lupa untuk “menyerbu” De Harmonie. Mereka beristirahat di sana dan merasa segar. Budaya ngopi dan cangkruk sampai pagi masih umum dilakukan masyarakat kota Pasuruan sampai sekarang. Ada sesuatu tentang klub ini yang hampir tidak bisa digambarkan dan banyak kenangan indah tentang gedung Soos di Pasuruan. Sehingga sejarahnya di tulis di majalah “Klub Kroniek” pada pesta peringatan 70 tahun usianya (31 Maret 1928), karena diyakini banyak pembacanya yang masih terus mengingat “Harmonie” dengan penuh rasa syukur. Selama periode pasca-perang (1945-1947) banyak orang Belanda di bekas Hindia Belanda dipenjarakan di kamp-kamp bekas Jepang, kamp-kamp penerimaan atau kamp-kamp Republik. Untuk setiap camp dicantumkan informasi yang paling penting, seperti lokasi camp, transportasi inbound dan outbound, peta, foto atau gambar, serta literatur yang ada. Daftar nama tersedia untuk beberapa kamp. Gedung Sociëteit Harmonie te Pasuruan pada masa awal kemerdekaan pernah dipakai sebagai kamp transit untuk anak-anak dan wanita Belanda dalam masa “Bersiap” sejumlah 136 orang, pindahan dari Chinese School (Sekolah Sang Timur) tanggal 10 September 1946 , yang kemudian dievakuasi ke Batavia pada tanggal 10 Oktober 1946. Setelah Indonesia merdeka masyarakat mengubah fungsi dari gedung Sociteit Harmonie. Karena letak dan arsitektur bangunan sangat sesuai dengan konsep pertahanan Pada tahun 1947 Sociëteit Harmonie ini beralih fungsi menjadi Markas TRIP yang merupakan singkatan dari Tentara Republik Indonesia Pelajar. TRIP yang merupakan kesatuan militer yang ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia di mana para anggotanya dari para pelajar. Umumnya usianya berkisar antara 15 hingga 20 tahun. TRIP secara resmi dibubarkan pada awal tahun 1951 dalam sebuah upacara demobilisasi. Para anggota diberi penghargaan dari Pemerintah RI dengan berbagai macam penghargaan. Sehingga gedung Sociëteit Harmonie yang merupakan Markas TRIP secaara otomatis juga tidak menjadi markas lagi. Setelah perang kemerdekaan sekitar tahun 1960-an diganti menjadi “Gedung Trikora” atau disingkat “Gedung Rakyat” yang berfungsi sebagai tempat pertemuan dan pertunjukan kesenian rakyat. Pada saat itu gedung rakyat yang dulunya hanya hanya orang-orang Eropa dari kelas atas, pejabat, pengusaha dan priyayi yang menjadi anggota perkumpulan di klub eksekutif pada kala itu beralih menjadi gedung yang dinikmati dan dimanfaatkan oleh seluruh rakyat sekitar.